Review Buku Negeri 5 Menara
December 18, 2021Judul buku: Negeri 5 Menara
Penulis: A. Fuadi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2009
Jumlah halaman: 416
Sinopsis Novel "Negeri 5 Menara"
Negeri 5 menara bercerita tentang Alif Fikri, seorang anak laki-laki yang baru lulus SMP dan dilarang Amaknya (Ibunya) masuk ke SMA. Amaknya meminta Alif melanjutkan ke sekolah berbasis agama di kotanya. Alif merasa kecewa atas keputusan Amaknya tersebut karena dia ingin masuk sekolah negeri unggulan lalu melanjutkan kuliah ke ITB sesuai cita-citanya.
Untungnya beberapa hari kemudian datang surat dari saudaranya yang menyarankan untuk masuk ke Pondok Madani yang terletak di Jawa Timur. Menurut cerita saudaranya, banyak lulusan dari pondok tersebut yang berhasil sekolah hingga ke luar negeri. Alif pun merasa pilihan ini jauh lebih baik daripada saran Amaknya sebelumnya. Setidaknya dia masih mematuhi perintah Amak untuk tetap belajar agama.
Singkat cerita, akhirnya berangkatlah Alif merantau ke Pulau Jawa dengan diantarkan oleh Ayahnya. Mereka menempuh perjalanan darat selama beberapa hari. Sampai akhirnya sampailah di Kota Ponorogo tempat Pondok Madani berada. Disanalah babak baru kehidupan Alif tinggal di pondok pesantren modern dimulai.
Di pondok itu Alif berkenalan dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Mereka berenam pun akhirnya menjadi teman dekat. Di bawah menara masjid yang tinggi, mereka sering berkumpul sambil menunggu maghrib berkumandang. Karena itulah mereka dijuluki "Sahibul Menara" atau "Pemilik Menara".
Suatu hari mereka berkumpul di bawah menara sambil menatap awan yang ada di langit sore. Masing-masing dari mereka melihat awan-awan itu laksana negara dan benuanya. Ada yang melihat benua Amerika, Eropa, Asia bahkan ada yang melihatnya sebagai peta Indonesia. Dari awan-awan itulah keinginan mereka untuk bisa mewujudkan mimpi semakin kuat.
Baca juga: 5 Novel Karya Anak Bangsa yang Harus Kalian Baca
Kesan Saya Terhadap Novel "Negeri 5 Menara"
Awalnya novel ini kurang menarik bagi saya. Hampir separuh buku yang saya baca, saya belum bisa menemukan apa menariknya. Saya merasa karakter selain Alif yang dihadirkan kurang kuat. Selain itu terlalu banyak narasi dan kurangnya dialog juga menjadi kekurangan novel ini.
Akhirnya saya mulai menikmati ketika cerita sudah sampai pada bagian Alif pergi ke rumah salah satu sahabatnya di Bandung saat libur usai ujian. Dari sana cerita mulai menarik minat saya dan akhirnya membuat saya berhasil membaca novel tebal ini sampai halaman terakhir.
Meskipun terkesan membosankan, novel ini sarat akan nasihat-nasihat baik dan kata-kata motivasi yang membuat saya merasa bersemangat setelah membacanya. Rasanya banyak sekali kalimat yang ingin saya kutip dari lembar demi lembarnya.
Selain itu saya juga jadi bisa membayangkan seperti apa kehidupan di pondok pesantren. Ternyata sangat jauh berbeda dengan bayangan saya selama ini. Di bayangan saya belajar di pondok pesantren itu membosankan, nyatanya dugaan saya salah. Selain belajar agama mereka juga masih bisa mempelajari banyak hal lainnya, seperti jurnalistik, seni, musik dan lain sebagainya. Juga diselenggarakan aneka perlombaan serta pentas seni. Sungguh menarik.
Bagi kalian yang tertarik untuk mengetahui seperti apa kehidupan murid-murid pesantren, saya rekomendasikan untuk membaca novel ini. Novel ini terinspirasi kisah nyata, yang menurut saya adalah kisah hidup penulisnya sendiri. Novel ini pun telah diangkat menjadi film layar lebar dengan judul yang sama. Bagaimana? Tertarik untuk membacanya? Atau kalian salah satu penggemarnya?
0 komentar