Vio Vio Beach, Pantai Berpasir Putih yang Memukau

November 23, 2020

Pantai Vio Vio terletak di Pulau Galang, tepatnya di Desa Sijantung, Kecamatan Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau. Untuk sampai ke sana pengunjung harus menempuh kurang lebih 60 km dengan waktu tempuh sekitar satu jam 30 menit. Lokasinya tidak jauh dari jembatan 5 Barelang yang menghubungkan Pulau Rempang dan Pulau Galang.

Pasir putih dan langit biru

Pesona pantai ini adalah pasir putihnya yang indah yang berpadu dengan birunya laut. Foto-fotonya yang tersebar di media sosial membuat saya tertarik untuk berkunjung ke sana. Memang sejak tahun kemarin pantai ini mulai ramai diperbincangkan di dunia maya dan menjadi salah satu destinasi baru yang menyedot banyak wisatawan untuk datang.


Banyak tempat wisata yang dapat di kunjungi jika menuju ke arah Barelang. Salah satunya adalah Jembatan Barelang 1 yang menjadi salah satu landmark Kota Batam. Selain itu ada pula Kampung Vietnam serta belasan pantai lain yang sersebar di sepanjang jalur trans Barelang tersebut. Dijamin seharian tidak akan cukup untuk berwisata ke daerah ini.


Baca juga : Pesona Jembatan Barelang Kota Batam


Sayangnya, sedikitnya transportasi umum yang menuju ke pantai ini, mengharuskan pengunjung untuk membawa kendaraan pribadi, baik berupa motor atau mobil. Bagi wisatawan dari luar daerah tidak perlu khawatir karena di batam cukup banyak persewaan mobil, baik yang dengan driver maupun tanpa driver. Namun semoga suatu hari ada transportasi umum yang baik dan layak sebagai penghubung wilayah Barelang dengan pusat kota, sehingga kawasan wisata di sana bisa semakin berkembang.


Menikmati Pantai Vio Vio


Pantai ini adalah destinasi "agak jauh" pertama yang saya dan keluarga kunjungi di masa pandemi ini. Kami berkunjung ke sana pada tanggal 17 Agustus 2020 yang lalu. Sejujurnya, setelah lima bulan berturut-turut tidak pernah berjalan-jalan, rasanya saya takut sekali berjumpa manusia. Namun hati kecil saya juga merasa ingin. Sungguh pandemi ini membuat hidup penuh dilema.


Dengan alasan menghindari bertemu dengan banyak orang itulah kami memutuskan untuk pergi pagi-pagi. Kami berangkat dari rumah pukul 06.30 WIB, menempuh kurang lebih 60 km, dan sampai di sana sekitar pukul delapan pagi. Perjalanan kami dari rumah menuju Pulau Galang sangat lancar. Inilah yang paling saya suka dari Kota Batam, nyaris tidak ada kemacetan yang berarti, sehingga kami bisa pergi kemana saja dengan nyaman.

Jalan masuk menuju Pantai Vio Vio
Ketika sampai di lokasi, saya merasa senang karena tempat ini masih sangat sepi. Namun perasaan senang itu berubah menjadi kecewa, saat baru saja beranjak dari area parkir dan tiba-tiba langit berubah menjadi gelap. Tak lama kemudian hujan turun dari langit. Rencana sarapan di tepi pantai pun gagal sudah. Padahal kami sudah sengaja membawa bekal dan alas duduk dari rumah.

Pemandangan pantai saat hujan
Beruntunglah kekecewaan saya tidak bertahan lama. Kami boleh menumpang makan di sebuah kedai kecil yang terletak di tepi pantai. Kedai itu berkonsep semi outdoor, tanpa ada dinding pembatas sama sekali. Hanya ada atap yang menaungi area makannya. Di bagian tengahnya terdapat dapur terbuka yang berfungsi sebagai tempat menyiapkan aneka makanan dan minuman. Cukup nyaman bagi kami untuk beristirahat setelah menempuh jarak puluhan kilometer.


Baca juga : Hidden Paradise, Karma Kandara Beach!


Pagi itu, saat kami menumpang makan, sebetulnya kedai ini belum buka, sehingga suasana masih sangat sepi. Satu orang pegawainya masih menyapu, dan satu lagi sedang membersihkan area dapur. Di sudut lain ada sekitar 4 orang yang juga menumpang berteduh di kedai ini. Kami duduk di salah satu meja dan membuka bekal yang dibawa dari rumah.


Akhirnya kami bisa menikmati sarapan dengan nyaman. Apalagi ditemani rintik hujan dan debur ombak. Rasanya begitu tenang. Sesaat saya berusaha melupakan bahwa pandemi sedang menyerang dunia, dan membiarkan diri saya larut dalam suasana damai itu.


Selepas sarapan hujan mulai reda. Matahari mulai muncul dengan malu-malu. Lalu kami membereskan barang bawaan dan beranjak ke tepi pantai. Di sana saya menggelar alas di atas pasir, meletakkan barang-barang bawaan, dan duduk santai menikmati pemandangan laut dan pasir putih. Sedangkan suami dan anak saya langsung masuk ke air.

Sayang air lautnya keruh dan kotor
Sayangnya pagi itu pantai terlihat kotor dan keruh, serta banyak rumput laut di tepi pantainya. Hal ini biasa terjadi di pantai saat laut pasang dan hujan turun. Karena itu kita tidak bisa bertanya apakah pemandangan sebuah pantai bagus atau tidak kepada orang lain. Pantai bisa menyajikan berbagai macam tampilan visual tergantung waktu kedatangan kita ke sana. Biasanya yang saya tanyakan adalah akses atau fasilitas pendukungnya. Seperti toilet, mushola dan lain sebagainya.


Baca juga : Garden of Hope, Nusa Dua, Bali


Tak berapa lama datang pula beberapa pengunjung yang lain. Awalnya hanya keluarga-keluarga kecil dengan 3-5 anggota saja. Karena garis pantai di sini cukup panjang, para pengunjung bisa menjaga jarak dengan cukup baik. Jadi saya masih merasa tenang dan aman. Apalagi matahari belum begitu menyengat.

Pengunjung mulai berdatangan
Namun menjelang pukul 10, pantai semakin ramai. Rombongan demi rombongan datang bergerombol. Jumlah per rombongan bisa mencapai belasan hingga puluhan orang. Bahkan ada yang sampai membawa kompor untuk memasak. Meskipun bisa menjaga jarak namun saya tetap merasa tidak nyaman. Akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri kunjungan itu. 


Setelah suami dan anak membersihkan diri, kami membeli kelapa muda di tempat makan yang sepi. Lalu beranjak pergi meninggalkan pantai yang semakin ramai itu. Meskipun kunjungan kami tidak begitu lama, namun cukup mengobati kebosanan dan kerinduan kami pada dunia luar. Semoga pandemi ini segera berlalu, sehingga kita bisa berkegiatan dengan aman dan nyaman kembali. Bebas, tanpa rasa cemas dan was-was. Aamiin.


Fasilitas


Memasuki kawasan pantai terlebih dahulu pengunjung bersapa dengan area parkir. Area parkir Pantai Vio Vio ini cukup luas. Bisa menampung puluhan mobil dan motor, bahkan bis. Sayangnya area parkirnya masih berupa tanah ketika saya berkunjung ke sana, sehingga saat hujan turun, area ini menjadi becek. Dekat dengan lahan parkir ini ada mushola yang disediakan bagi para pengunjung. Saya tidak tahu bagaimana kondisinya karena saya meninggalkan area ini sebelum waktu salat, sehingga tidak sempat mencobanya.

Area parkir
Dari area parkir menuju pantai, pengunjung terlebih dahulu disambut sebuah rumah makan yang menjual aneka olahan seafood. Hanya terdapat dua meja bundar dengan jarak berjauhan saat saya datang hari itu. Entah karena pandemi atau memang sejak awal ditata seperti itu. Disinilah saya membeli kelapa muda sebelum pergi dari pantai ini.

Rumah makan seafood
Di sebelah kanan rumah makan ini, setelah taman, terdapat kamar mandi dan kamar bilas. Tarif untuk menggunakan kamar bilas adalah Rp 5000,00/orang, sedangkan untuk ganti baju dan toilet pengunjung harus membayar Rp 3000,00/orang. Tarif ini berlaku untuk pengunjung dewasa maupun anak-anak. Kondisi kamar bilas dan kamar mandi di sini cukup bersih. Namun saya tidak bisa mengatakan bagus juga. Sepertinya masih dalam tahap pembangunan yang belum selesai. Semoga ke depannya bisa lebih baik lagi.

Kondisi kamar mandi dan kamar ganti

Setelah melewati rumah makan, ada lahan luas yang saya tidak tahu apa fungsinya. Lahan ini dihiasi pohon-pohon yang belum terlalu tinggi. Terbayang jika pohon-pohon itu sudah semakin tinggi, maka hawa panas akan berkurang drastis. Di depan lahan luas itu berdiri kedai tempat saya sarapan dan berteduh. Lalu setelahnya barulah tampak pasir putih bersapa dengan birunya lautan.

Lahan terbuka di dekat rumah makan
(Foto diambil saat hendak pulang. Terlihat semakin banyak pengunjung berdatangan)

Seperti pada sebagian besar pantai yang ada di Batam, di pantai ini juga disediakan gazebo-gazebo di pinggir pantai. Gazebo tersebut ada yang gratis dan ada pula yang berbayar. Gazebo berbayar berbentuk pondok dari kayu dengan konsep semi terbuka. Gazebo ini beratap spandek dan dilengkapi jaring penahan panas serta hujan yang bisa dibuka tutup pada bagian sisi-sisinya.


Baca juga : Melepas Lelah di Pantai Ciptaland


Berbeda dengan gazebo berbayar, gazebo gratis hanya berupa lantai plester dengan tiang kayu di keempat sisinya. Gazebo gratis ini hanya ditutup jaring yang diikat pada keempat tiang kayu itu sebagai atapnya. Tentu saja gazebo gratis ini tidak bisa menahan terik sinar matahari, apalagi hujan, sebaik gazebo berbayar. Apalagi posisinya lebih jauh dari tepi pantai dibandingkan gazebo berbayar. Gazebo gratis ini posisinya sejajar dengan kedai tempat saya berteduh.

Jajaran gazebo

Pengunjung bisa memilih gazebo sesuai dengan kebutuhan. Namun untuk mendapatkan kenyamanan lebih, tentu kita harus mengeluarkan uang lebih banyak pula. Biaya sewa gazebo berbayar tersebut adalah sebesar Rp 100.000,00 hingga Rp 200.000,00. Cukup mahal, ya? Gazebo ini cocok disewa jika pergi beramai-ramai, sehingga bisa patungan. Jika ingin hemat dan leluasa menikmati pemandangan pantai, membawa alas duduk sendiri dan menggelarnya di atas pasir seperti yang saya lakukan bisa menjadi solusi.

Ayunan Hits
Selain semua fasilitas di atas, berbagai spot foto cantik juga ada di sini. Mulai dari ayunan di pinggir pantai yang sedang hits, hingga jembatan kayu dengan payung warna-warni semua bisa dinikmati. Dijamin kalian akan mendapat foto-foto menarik yang layak dipajang di media sosial jika berkunjung ke pantai ini.

Jembatan kayu

Harga Tiket Masuk


Memasuki kawasan pantai pengunjung harus membayar Rp 10.000/orang dewasa, sedangkan anak-anak gratis. Untuk kendaraan roda empat dikenakan tarif sebesar Rp 5000,00/kendaraan. Tidak terlalu mahal menurut saya. Karena pantai ini memang cantik dan layak untuk dikunjungi.


Bagi kalian yang mengunjungi Kota Batam, jangan sampai melewatkan destinasi cantik yang satu ini. Meski harus menempuh jarak puluhan kilometer dari pusat kota, tapi saya bisa menjamin kalian tidak akan menyesal. Keindahan alamnya layak diacungi jempol.


Berwisata di era pandemi memang ribet. Tapi sedikit melepas kepenatan ternyata memang diperlukan. Sebaiknya pilih wisata di alam terbuka dan tetap patuhi protokol kesehatan. Jaga jarak aman minimal 2 meter dari pengunjung lain, pakai masker, pakai hand sanitizer dan cuci tangan dengan sabun sesering mungkin. Sehat selalu teman-teman!


You Might Also Like

4 komentar

  1. Pantai yang tertata dan bersih bikin pengunjung betah ya, mbak. Semoga pandemi segera berlalu supaya bisa liburan dengan leluasa dan nyaman :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin..

      Iya pantai yang bersih ditambah fasilitas penunjang yang nyaman itu menyenangkan untuk wisata keluarga...

      Aamiin. Semoga pandemi lekas berlalu

      Delete
  2. Halo mbak Asri, salam kenal 😊

    Pasir putihnya indah banget, tapi memang ya warna air lautnya keruh.. coba air lautnya biru muda, pasti pas banget itu kombinasi pasir putih dan warna lautnya.
    Ditambah fasilitasnya yang sudah memadai, kaya wc umum.. penting banget itu mbak buat kita ciwi-ciwi kalau kesuatu tempat hehe
    Aniwaii, terima kasih ya mbak untuk infonya. Besok kalau main ke Batam jadi untuk referensi aku 💕

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo salam kenal...

      Iya betul. Sayang airnya keruh karena hujan dan air pasang. Kalau bening pasti lebih indah

      Semoga pandemi segera berlalu dam bisa main2 ke Batam ya ☺️

      Delete