Mendadak Bandung!
February 07, 2015
Seperti yang kita semua tau, Bandung adalah ibukota
dari Jawa Barat yang juga merupakan salah satu tujuan wisata favorit di
Indonesia. Memang untuk urusan pariwisata Bandung belum bisa menandingi Bali,
namun banyak objek yang ditawarkan disana, mulai dari wisata kuliner, wisata
belanja, wisata alam, wisata budaya dan wisata sejarah. Hal ini yang membuat Bandung
menarik, baik untuk wisatawan domestik maupun manca negara.
Perjalanan saya ke Bandung tanggal 5-7 Desember
2014 kemarin berawal dari pembicaraan iseng saya dengan pacar. Dari hasil pembicaraan tersebut akhirnya saya mendapatkan tiket
PP pesawat ke Bandung gratis. Tentu saja saya senang sekali. Bisa jalan-jalan
gratis sekaligus bertemu dengan pacar tercinta.
Saya berangkat ke Bandung hari jumat malam. Jadwal
penerbangan seharusnya pukul 19.40 WITA, akan tetapi mengalami delay hingga pukul 20.00 WITA. Saya
sampai di Bandara Husein Satranegara sekitar pukul 21.00 WIB. Cuaca malam itu
mendung disertai dengan gerimis rintik-rintik. Beruntunglah ketika saya
sampai, pacar saya sudah menunggu, sehingga kami langsung meluncur menuju
rumahnya. Yup! Saya akan menginap 3 hari 2 malam di rumah pacar saya. Lumayan
mengurangi pengeluaran.
Hari pertama saya hanya keliling Kota Bandung dan
keluar masuk pusat perbelanjaan. Bandung yang terkenal sebagai kota fashion
memang memiliki banyak pusat perbelanjaan di seluruh penjuru kotanya.
Sesungguhnya saya ingin berkunjung ke tempat wisata – wisata alam seperti Kawah
Putih, Tangkuban Perahu dan sejenisnya, tetapi cuaca tidak mendukung. Mendung
bergantungan di langit Kota Bandung semenjak pagi hari, dan menjelang sore
hujan deras mengguyur kota. Hal ini membuat kami mengurungkan rencana
perjalanan jauh.
Pusat perbelanjaan pertama yang kami kunjungi adalah
Cihampelas Walk atau yang lebih dikenal dengan nama Ciwalk. Ciwalk merupakan
salah satu tempat wisata yang terkenal dan wajib di kunjungi jika menginjakkan
kaki di kota kembang. Ini kunjungan saya yang ketiga di Bandung, namun baru
pertama kali masuk ke dalam Ciwalk. Menurut saya Ciwalk memiliki konsep yang
unik dan berbeda dengan mall-mall pada umumnya. Untuk pembahasan lebih lanjut
tentang Ciwalk akan saya bahas pada blog berikutnya.
Nampang di Ciwalk |
Setelah puas berjalan-jalan di Ciwalk kami mencari
tempat untuk makan siang. Awalnya saya ingin mengunjungi Kampung Daun yang
terkenal itu, akan tetapi karena medan kesana cukup sulit akhirnya kami
berbalik arah dan memutuskan untuk makan di daerah Punclut yang terletak di
Bandung utara. Kawasan kuliner di daerah ini dikenal dengan nama Saung Punclut.
Saung Punclut ini jika dibandingkan dengan tempat-tempat yang pernah saya
kunjungi mirip dengan daerah Payung di Kota Batu, dimana ada warung-warung lesehan
berjajar di sepanjang jalan yang menawarkan pemandangan indah dari dataran
tinggi. Warung yang kami pilih bernama RM Sangkan Hurip yang menyajikan masakan-masakan khas Sunda. Mengenai warung ini juga akan saya bahas tersendiri.
Pemandangan dari Saung Pluncut |
Menu makan siang khas Sunda |
Puas menikmati kuliner siang ini, kami memutuskan
kembali ke kota. Langit sudah semakin gelap ketika kami turun. Saya yang sama
sekali tidak punya bayangan hendak kemana menyerahkan destinasi berikutnya
kepada sang pacar. Melihat cuaca yang kurang bersahabat akhirnya kami
memutuskan untuk masuk mall lagi.
Tujuan kami adalah Bandung Indah Plaza (BIP), tapi
kami tidak parkir motor disana, kami parkir di BEC (Bandung Electronic Center).
Kenapa? Karena menurut pacar saya di hari sabtu parkiran di BIP hampir selalu
penuh. Saya yang tidak tau apa-apa menurut saja, yang penting saya bisa jalan-jalan.
Sebelum menuju BIP kami berjalan-jalan sebentar
keliling BEC, hanya sekedar ingin tahu bagaimana keadaan di dalam. Ternyata di
dalam penuh dengan gerai-gerai dan counter-counter yang menjual berbagai
macam peralatan elektronik, mirip dengan Rimo Trade Centre di Bali. Setelah
dari BEC itu saya mampir sebentar di toko gramedia yang kebetulan sedang
mengadakan diskon untuk buku-buku tertentu. Saya membeli sebuah novel dengan
harga Rp. 10.000,00. Murah.
Dalam perjalanan dari gramedia menuju BIP tiba-tiba
saja hujan deras mengguyur. Beruntunglah posisi kami saat itu sudah berada di
dekat jembatan penyebrangan yang berada di depan BIP, sehingga kami bisa
berteduh disana. Sudah lama sekali tidak melewati jembatan penyebrangan karena
di Bali memang tidak ada. Setelah hujan reda barulah kami berdua masuk ke BIP.
Sesampainya di BIP kami berjalan-jalan berkeliling,
sekedar window shopping. Setelah itu kami
berencana untuk menonton film, tapi tidak ada film yang menarik sehingga kami
membatalkan rencana tersebut dan berakhir nongkrong di foodcourt karena hujan
belum juga reda. Menjelang magrib hujan tidak juga reda. Kami memutuskan nekad
pulang berbasah-basah.
Sampai malam hari pun hujan masih turun dengan
derasnya, merusak rencana jalan-jalan malam minggu kami. Akhirnya kami hanya
membeli ayam goreng dan ayam bakar di dekat rumah, lalu makan bersama-sama dengan orang tua, kakak dan keponakan pacar sambil
menonton TV. Tak jadi jalan-jalan pun tak masalah, makan bersama keluarga di
hari hujan pun sudah merupakan hal yang sangat membahagiakan.
Hari kedua saya di Bandung hanya saya habiskan
berjalan-jalan di sekitar Gedung Sate. Mulai dari mengunjungi pasar minggu di
sekitar Lapangan Gasibu sampai berkeliling dan duduk-duduk di taman kota yang
ada di sekitar situ. Ada dua taman yang saya kunjungi pagi itu, yaitu Taman
Lansia dan Taman Pusataka Bunga Cilaki. Niat awal saya datang ke Taman Pustaka
Bunga Cilaki adalah untuk naik Bandros. Akan tetapi karena antriannya yang
sangat panjang saya mengurungkan niat.
Numpang eksis di depan Gedung Sate setelah membeli donat kentang |
Lapangan Gasibu di pagi hari yang mendung |
Sedikit bercerita tentang Bandros. Bandros ( Bandung
Tour on The Bus) adalah bus tingkat di Kota Bandung yang khusus disediakan bagi
wisatawan yang ingin berkeliling Bandung. Bus ini dilengkapi dengan GPS
sehingga penumpang bisa mengetahui dimana lokasi mereka berada, juga dilengkapi
dengan pusat data yang memungkinkan mereka mengakses tentang seluk beluk Kota
Bandung. Kabarnya bus ini bisa di akses gratis dengan hanya menunjukkan struk
belanja di Kota Bandung. Lain kali saya akan mencobanya.
Setelah gagal naik Bandros, kami berdua meluncur
menuju Batagor Kingsley yang merupakan salah satu warung batagor legendaris di
Kota Bandung. Sebenarnya masih ada satu lagi yang terkenal yaitu Batagor Riri,
tetapi karena bos saya yang orang Bandung lebih merekomendasikan Batagor
Kingsley maka kesinilah saya makan.
Siang itu warung begitu ramai dan kami
mendapatkan tempat duduk di lantai dua. Kami mencoba berbagai macam menu, mulai
dari batagor goreng, siomay goreng sampai batagor kuah. Menurut saya semuanya
enak. Saya tidak kecewa membayar Rp. 12.000,00 untuk setiap bijinya. Usai makan
dan membungkus untuk di bawa pulang (mau bungkus pun antriannya panjang), saya
menyempatkan membeli oleh – oleh di toko yang juga merupakan bagian dari Batagor
Kingsley tersebut.
Batagor dan siomay goreng |
Pukul 14.00 WIB saya sudah kembali meluncur menuju
bandara, mengejar penerbangan Pukul 16.15 WIB. Dari rumah ke bandara tidak
terlalu jauh. Akan tetapi karena hari minggu dan jalanan sedikit macet maka
kami memutuskan berangkat lebih awal. Tidak rela rasanya kembali ke Bali dan
berpisah lagi dengan pacar. Akan tetapi rutinitas sudah menunggu.
Mungkin sebentar lagi saya akan menjadi warga Bandung
dan saya sudah tidak sabar menunggu untuk mengeksplor kota ini lebih dalam.
Tunggu cerita saya tentang Bandung berikutnya.
0 komentar