Kado Ulang Tahun yang Indah - Petualangan di Nusa Lembongan
December 12, 2014
Sebulan yang lalu, tepatnya tanggal 25 Oktober 2014, akhirnya saya bisa mewujudkan salah satu wish list saya, yaitu berkunjung ke Nusa Lembongan. Perjalanan ini merupakan kado yang saya berikan pada diri saya sendiri dalam rangka memperingati ulang tahun yang ke-27. Sama sekali tidak terasa umur saya sudah menyentuh angka tersebut. Waktu bergulir begitu cepat.
Saya melakukan perjalanan ke Nusa Lembongan hanya berdua saja dengan adik sepupu saya, Bita. Kebetulan tanggal 25 Oktober tersebut adalah tanggal merah, sehingga saya bisa melakukan perjalanan 2 hari satu malam tersebut. Kami merencanakan perjalalanan dengan browsing sana sini. Mencari penginapan, jadwal speed boat serta tempat - tempat wisata apa saja yang bisa kami kunjungi disana.
Hal pertama yang kami cari adalah penginapan. Setelah membandingkan serta menghubungi beberapa penginapan akhirnya kami memutuskan menginap di The Beach Huts Lembongan (http://www.thebeachhutslembongan.com/). Alasan utama kami memilih disana adalah lokasinya yang persis di pinggir pantai.
Kami melakukan booking melalui web tersebut lalu mendapatkan email konfirmasi. Pemilik penginapan sangat ramah menanggapi berbagai pertanyaan kami. bahkan membantu kami untuk mencarikan speed boat. Ada dua nama speed boad yang direkomendasikan karena lokasi kantornya dekat dengan penginapan tersebut, yaitu Glory Express dan Sugriwa Express.
Hari keberangkatan pun tiba. Saya dan Bita berjanji bertemu jam 07.00 WITA di halte KFC Jimbaran, karena kami akan naik Bus Sarbagita ke Sanur. Pukul 08.00 WITA kami sampai di halte sarbagita Sanur. Kami berlari - lari ke Pantai Sanur karena kami berniat naik Glory Express yang berangkat pukul 08.30 WITA. Akan tetapi begitu sampai di lokasi, speed boat untuk jam tersebut sudah penuh dan baru ada jadwal keberangkatan lagi pukul 11.00 WITA.
Tidak mau menunggu terlalu lama, kami berdua mencari alternatif lain. Kami mengunjungi kantor - kantor speed boat yang lain, bahkan menghubungi bapak pemilik hotel untuk meminta bantuan, namun hasilnya tetap nihil. Semua speed boat yang berangkat sebelum pukul 11.00 WITA sudah penuh. Akhirnya kami memutuskan naik Glory Express pukul 11.00 WITA. Kami sekaligus membeli tiket untuk kembali esok harinya.
Kami masih harus menunggu 1,5 jam lagi sebelum keberangkatan. Kami duduk di kursi - kursi tunggu yang telah disediakan sembari makan roti dan menikmati pemandangan pantai sanur yang cukup terik pagi itu.
Pukul 10.45 WITA kami mendapatkan panggilan untuk naik ke speed boat. Sebelum masuk ke dalam kami diwajibkan melepas alas kaki dan memasukkannya ke dalam keranjang bersama alas kaki penumpang yang lain. Kemungkinan besar hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan di dalam speed boat. Kami memilih kursi secara acak, siapa cepat dia dapat. Pada masing - masing kursi telah tersedia pelampung dan sebotol air mineral ukuran kecil.
Perjalanan yang kami tempuh dari Pantai Sanur ke Pelabuhan Jungut Batu kurang lebih 30 menit, jauh lebih singkat jika dibandingkan dengan penyebrangan Padang Bai - Gili Trawangan, tetapi kengeriannya tidak berkurang. Gelombangnya lebih besar daripada di selat Lombok. Bita beberapa kali berteriak ketika gelombang besar membuat speed boat kami "melompat". Untung saja hanya 30 menit, begitu sampai di pelabuhan kami bisa bernafas lega. Apalagi melihat penginapan kami tepat di depan mata. Syukurlah, tak perlu berjalan jauh.
Begitu turun dari speed boat kami segera menuju penginapan, melakukan check in dan menyewa motor untuk berkeliling pulau. Sewa motor disini cukup mahal, kami mendapatkan harga Rp. 100.000,00 untuk 24 jam pemakaian, sudah termasuk bensin. Setelah membayar kamar untuk sehari semalam (sebesar Rp. 250.000,00), kami diantar menuju salah satu kamar di lantai bawah.
Kami beristirahat sejenak lalu memutuskan untuk mencari makan siang. Kami bertanya kepada pengelola penginapan dimana tempat makan terdekat dan kami disarankan untuk makan di Meal House 99. Lokasinya dekat dengan penginapan, cukup berjalan sekitar 5 menit untuk sampai di tempat makan ini.
Meal House 99 merupakan tempat makan yang menghadap langsung ke arah Pelabuhan Jungut Batu, sehingga kami bisa menikmati pemandangan pantai sembari makan siang. Harga makanan disini cukup mahal untuk ukuran warung makan. Akan tetapi dengan pemandangan yang disajikan, harga tersebut bisa dimaklumi. Saya dan Bita masing - masing memesan nasi goreng dan air mineral, namun rasa nasi gorengnya tidak begitu enak, nasi yang digunakan terlalu lembek.
Setelah makan siang kami kembali ke penginapan untuk sholat dhuhur, lalu memulai perjalanan kami menjelajah Nusa Lembongan. Berbekal peta yang diberikan oleh pengelola penginapan dan GPS di handphone kami memutuskan untuk menuju ke Nusa Ceningan terlebih dahulu, karena itu adalah rute terjauh.
Kami masih harus menunggu 1,5 jam lagi sebelum keberangkatan. Kami duduk di kursi - kursi tunggu yang telah disediakan sembari makan roti dan menikmati pemandangan pantai sanur yang cukup terik pagi itu.
Suasana di sekitar stan Glory Express |
Perjalanan yang kami tempuh dari Pantai Sanur ke Pelabuhan Jungut Batu kurang lebih 30 menit, jauh lebih singkat jika dibandingkan dengan penyebrangan Padang Bai - Gili Trawangan, tetapi kengeriannya tidak berkurang. Gelombangnya lebih besar daripada di selat Lombok. Bita beberapa kali berteriak ketika gelombang besar membuat speed boat kami "melompat". Untung saja hanya 30 menit, begitu sampai di pelabuhan kami bisa bernafas lega. Apalagi melihat penginapan kami tepat di depan mata. Syukurlah, tak perlu berjalan jauh.
Bagian dalam Glory Express |
Touchdown Jungut Batu |
Lobby Penginapan |
Meal House 99 merupakan tempat makan yang menghadap langsung ke arah Pelabuhan Jungut Batu, sehingga kami bisa menikmati pemandangan pantai sembari makan siang. Harga makanan disini cukup mahal untuk ukuran warung makan. Akan tetapi dengan pemandangan yang disajikan, harga tersebut bisa dimaklumi. Saya dan Bita masing - masing memesan nasi goreng dan air mineral, namun rasa nasi gorengnya tidak begitu enak, nasi yang digunakan terlalu lembek.
Saya dan Pantai Jungut Batu |
Pemandangan Pelabuhan Jungut Batu dari Meal House 99 |
Sekitar 20 menit dari penginapan kami berhasil menemukan jembatan pegas yang menghubungkan Nusa Lembongan dangan Nusa Ceningan. Di tengah perjalanan menyeberang, jembatan berguncang hebat, ternyata di belakang kami seberombolan motor ikut menyeberang, Bita panik dan menghentikan motornya di tengah - tengah jembatan, begitu tersadar telah menimbulkan kemacetan akhirnya Bita memberanikan diri untuk menyeberang kembali.
Sesampainya di seberang, kami yang ingin mengunjungi cliff jump bertanya kesana -kemari. Kami berputar - putar mengikuti petunjuk dari warga sekitar, akan tetapi sampai hampir 30 menit kami mencari, kami tidak juga menemukan dimana lokasinya. Akhirnya kami hanya berfoto - foto di sepanjang jalan dan memutuskan untuk kembali.
Bita tidak berani membawa motor menyeberangi jembatan pegas sekali lagi, sehingga kami meminta tolong kepada pengunjung lain yang kebetulan berboncengan untuk menyeberangkan motor kami, Kami sendiri memutuskan untuk berjalan kaki sehingga bisa berfoto - foto. Terima kasih untuk mas - mas yang mau menyeberangkan motor kami :)
Sore harinya kami mengunjungi dream beach dan devil's tears untuk menikmati sunset. Dalam perjalanan kami melewati Panorama Point, tempat dengan pemandangan paling menakjubkan yang pernah kami kunjungi di pulau ini.
Sesampainya di seberang, kami yang ingin mengunjungi cliff jump bertanya kesana -kemari. Kami berputar - putar mengikuti petunjuk dari warga sekitar, akan tetapi sampai hampir 30 menit kami mencari, kami tidak juga menemukan dimana lokasinya. Akhirnya kami hanya berfoto - foto di sepanjang jalan dan memutuskan untuk kembali.
Nusa Ceningan |
Jembatan Pegas |
View di sekitar jembatan pegas. Stunning! |
Wisatawan mancanegara dan domestik sedang asik berfoto |
Amazing View |
Dream Beach ini ternyata adalah pantai yang terhubung dengan sebuah restoran. Untuk masuk ke pantai tersebut, kami perlu membeli makanan di restoran. Karena waktu kami tidak terlalu banyak, akhirnya kami tidak turun ke pantai, hanya berfoto dari tebing atas. Setelah berfoto-foto, kami berjalan ke arah devil tears. Devil tears ini adalah pantai berkarang - karang, dimana ombak yang menerjang karang akan memercik tinggi. Kami berjalan-jalan hingga matahari terbenam. Sunset disini cukup indah untuk dinikmati dan diabadikan.
Main ayunan |
Dream Beach dari atas |
Pantai berkarang di Devil Tears |
Sunset at Devil's Tears |
Hari beranjak gelap dan kami memutuskan pulang. Sesampainya di Pantai Jungut Batu kami disambut dengan pemandangan sunset yang luar biasa. Lebih indah daripada sunset yang ada di Devil's Tears. Kami pun berfoto - foto sejenak sebelum kembali ke penginapan.
Sunset at Jungut Batu Beach |
Malam harinya Bita minta ditraktir dalam rangka ulang tahunku. Kami mencari restoran di sepanjang Pantai Jungut Batu dan akhirnya memutuskan untuk makan di Rocky Warung Bar and Grill. Harganya tidak jauh berbeda Meal Hause 99, tetapi suasanya jauh lebih cozy disini.
Rocky Warung Bar and Grill |
Pukul 22.00 WITA kami kembali ke penginapan untuk beristirahat. Kami tidur cepat karena fisik terasa sangat lelah. What a great day!
Hari kedua kami awali dengan sarapan pagi di Pasific Inn. Kenapa di Pasific Inn dan bukan di penginapan kami? Harga kamar kami memang sudah termasuk sarapan pagi, tapi penginapan kami tampaknya tidak mempunyai dapur sehingga sarapan pagi kami dialihkan ke penginapan lain.
Pasific Inn berlokasi di tepi Pantai Jungut Batu, sama seperti penginapan kami, sehingga kami tetap bisa menikmati indahnya laut di pagi hari sembari menikmati sarapan. Saya dan Bita sama – sama memesan omelet keju dan teh panas untuk menu sarapan. Rasa masakan disini lumayan enak. Ditambah pemandangan pantai dan semilir hembusan angin laut membuat sarapan pagi ini semakin nikmat.
Sarapan pagi di Pasific Inn |
Kami kembali ke penginapan setelah selesai sarapan dan berkemas-kemas untuk melakukan check out. Jadwal check out kami pukul 10.00 WITA, sehingga kami memutuskan check out terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Agenda kami hari ini cukup padat. Menjelajah mangrove forest, jalan-jalan di Mushroom Beach, berkunjung ke Gala-Gala Underground House (Rumah bawah tanah) dan makan siang di Panorama Bar and Restaurant.
Kami bergegas berangkat karena kami hanya punya waktu 3 jam untuk menjelajah tempat-tempat tersebut. Pukul 12.30 WITA kami harus sudah sampai kembali di penginapan karena speed boat yang membawa kami kembali ke Sanur berangkat pada pukul 13.00 WITA.
Dari penginapan menuju mangrove forest memakan waktu kurang lebih 20 menit. Dalam perjalanan kesana kami melewati area budidaya rumput laut. Saya berhenti sejenak untuk mengambil beberapa gambar. Saya mengamati sekitar, ada yang sedang menjemur rumput laut, ada yang baru turun dari perahu setelah memanen rumput lautnya, bahkan ada yang membuat kapal besar di area tersebut. Entah untuk apa kapal besar itu, saya tidak sempat bertanya – tanya karena kami berkejaran dengan waktu.
Suasana sekitar area budidaya rumput laut |
Proses pengolahan rumput laut, mulai dari panen, pengangkutan, penyimpanan, dan pengeringan. |
Memasuki area mangrove forest kami membayar retribusi sebesar Rp. 10.000,00 per orang, dan disana kami ditawarkan paket wisata keliling mangrove forest selama 1 jam menggunakan jukung seharga Rp. 50.000,00 per orang. Kami memutuskan mengambil paket tersebut tanpa tawar menawar lagi. Perjalanan melintasi mangrove forest benar – benar mengagumkan. Terutama karena ini pengalaman pertama saya. Suasana tenang segera menyergap seluruh panca indra ketika kami masuk semakin dalam. Suara serangga dan segarnya udara benar – benar membuat nyaman.
Narsis dulu sebelum memulai perjalanan |
Suasana di sepanjang Mangrove Forest |
Pada rute terakhir perjalanan kami, kami melewati laut. Pemandangannya luar biasa. Air lautnya sangat jernih. Benar – benar memanjakan mata. Sepanjang perjalanan bapak yang mengoperasikan jukung bercerita tentang banyak hal, tentang kehidupan di pulau, tentang ikan mola – mola yang langkah, sampai tentang keluarganya. Kami sangat menikmati perjalanan itu, sehingga tidak rela rasanya ketika jukung kembali bersandar di daratan. Suatu hari jika saya berkesempatan mengunjungi Nusa Lembongan lagi, saya akan naik jukung sekali lagi.
Pertemuan antara Mangrove Forest dengan laut |
Airnya super bening |
Akhir perjalanan kami |
Usai menikmati perjalanan di mangrove forest yang tenang kami melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, Mushroom Beach. Berbekal peta dari penginapan dan beberapa kali bertanya kepada penduduk setempat, akhirnya sampailah kami di Mushroom Beach. Mushroom Beach adalah pelabuhan, sama seperti Pantai Jungut Batu, tetapi lebih kecil. Garis pantainya mungkin hanya sepertiga Pantai Jungut Batu, akan tetapi menurut saya penginapan disana lebih ramai dan lebih bagus jika di bandingkan dengan Jungut Batu. Siang itu suasana disana sangat ramai. Banyak wisatawan yang bersiap untuk naik speed boat yang membawa mereka kembali ke Pulau Bali. Cuaca yang panas dan waktu yang terbatas membuat kami berdua hanya singgah sejenak disana.
Suasana di sekitar Mashroom Beach |
Berpose dulu sebelum pergi |
Dari mashroom beach kami beranjak menuju Gala – Gala Underground House, rumah bawah tanah yang dibuat oleh seorang penduduk di pekarangan rumahnya. Konon katanya rumah bawah tanah ini dibuat karena terinspirasi oleh cerita Mahabarata. Jarak dari Mashroom Beach menuju Gala – Gala tidaklah jauh, hanya sekitar 10 menit perjalanan menggunakan motor. Untuk masuk ke dalam kami membayar Rp. 10.000 per orang.
Gala - Gala Underground House |
Ada beberapa pintu masuk dan keluar menuju dan dari rumah bawah tanah tersebut. Kita bebas memilih mau memulai dari pintu yang mana. Awalnya kami takut sehingga meminta tuan rumah untuk menemani kami masuk ke dalam. Kami ditemani sampai turun tangga, kemudian bapak tersebut naik lagi untuk menyambut tamu yang lain. Setelah masuk ke dalam perasaan takut tersebut hilang, karena ternyata di dalam ada pencahayaan. Tidak terlalu terang, tapi cukup untuk memandu kami berkeliling. Kami bersama beberapa wisatawan, yang masuk setelah kami, berkeliling sejenak. Kami berada di dalam hanya sekitar sepuluh menit, belum menjelajah ke semua bagian, mengingat masih ada satu tempat lagi yang ingin kami kunjungi. Lain waktu saya akan menjelajah lebih jauh.
Salah satu pintu keluar masuk Gala - Gala Underground House |
Suasana di dalam Gala - Gala Underground House |
Toko souvenir di Gala - Gala Underground House |
Siang itu Nusa Lambongan sangat terik. Selepas kunjungan kami ke Gala - Gala Underground House, kami pun segera meluncur ke Panorama Bar and Restaurant. Sesampainya disana kami membatalkan rencana makan siang dan hanya memesan minuman karena waktu yang kami miliki sangat terbatas.
Saya memesan jus semangka dan sebotol air mineral, sedangkan Bita memesan milkshake cokelat dan sebotol air mineral, cukup untuk menghilangkan dahaga kami siang ini. Kami beristirahat sejenak disana, menikmati suasana restoran yang tenang dan nyaman. Siang itu tidak terlalu ramai. Hanya ada kami berdua dan satu rombongan orang lainnya. Kami sempat berbincang – bincang sejenak dengan mereka, sedikit berbagi cerita dan berbagi informasi.
Panorama Bar and Restaurant |
Suasana di dalam Panorama Bar and Restaurant |
Dari restoran ini kami bisa melihat Jungut Batu dari ketinggian. Sungguh sebuah pemandangan yang indah, yang menambah segar minuman dingin yang kami nikmati. Harga makanan dan minuman disini tidak terlalu mahal, sayang sekali saya lupa mengambil foto daftar harganya. Saya tidak bisa mengomentari rasa makanan disana karena kami tidak sempat mencoba, sedangkan untuk minumannya saya beri nilai 7.5 dari skala 1-10.
Pamandangan super yang bisa dinikmati dari Panorama Bar and Restaurant |
Sekitar pukul 13.00 WITA kami sudah naik ke speed boat, siap menempuh perjalanan kembali ke Pulau Bali. Dalam perjalanan pulang ini kami mendapat tempat duduk persis di belakang “supir”. Entah karena posisi tempat duduk atau memang karena gelombang lebih besar, perjalanan pulang ini terasa lebih mendebarkan. Sesampainya di Sanur kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di KFC. Setelah perut terisi kami melanjutkan perjalanan kembali ke Nusadua, ke tujuan terakhir kami, rumah.
Salah satu teman saya pernah berkata “Ketika melakukan travelling, tujuan utama kita bukan pantai, gunung atau tempat wisata itu, tapi Rumah.” Jadi apapun yang kita lakukan selama perjalanan tersebut harus tetap bisa membawa kita kembali ke rumah.
0 komentar