Sudah lebih dari empat bulan sejak tulisan Liburan Sekolah ke Malang Raya (Bagian 1) tayang. Baru sekarang saya sempat menyelesaikan bagian keduanya. Di bagian kedua ini, saya akan berbagi cerita tentang perjalanan selama tiga hari dua malam di Kota Malang, kota yang selalu memiliki tempat paling istimewa di hati saya.
Lalu, bagaimana kelanjutan cerita liburan kami di hari ke-6, ke-7, dan ke-8? Yuk, simak ceritanya di bawah ini.
Menuju Malang dan Mengunjungi Makam Bapak
Pagi sebelum salat Jumat, kami menyempatkan diri membeli oleh-oleh di Agronas Gizifood yang lokasinya tidak jauh dari rumah Ibu. Sebenarnya, dari segi rasa, saya lebih menyukai oleh-oleh dari Harum Manis. Namun, karena lokasinya terlalu jauh, saya memilih tempat yang dekat.
![]() |
Agronas Gizifood (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Oleh-oleh tersebut tidak kami bawa pulang. Sebagai gantinya, kami meminta pihak toko untuk langsung mengirimkannya ke alamat saya di Bandung. Ini adalah tips praktis bagi kalian yang membeli banyak oleh-oleh tetapi tidak ingin repot membawanya sendiri.
Sekitar pukul 13.30 WIB, saya, suami, anak-anak, dan adik-adik sudah bersiap berangkat ke Malang untuk ziarah ke makam Bapak. Sayangnya, mendapatkan taxi online tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa kali pesanan ditolak, bahkan ada driver yang awalnya menyanggupi namun tak kunjung datang. Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya kami berhasil mendapatkan mobil.
Alhamdulillah, meskipun jalanan padat, perjalanan berjalan lancar tanpa kemacetan berarti. Kami tiba di tujuan sekitar pukul 16.30 WIB dan langsung menuju rumah sepupu untuk menitipkan barang-barang sebelum berziarah. Sayangnya, sepupu saya masih di kantor dan harus lembur, jadi saya hanya bertemu anak-anaknya.
![]() |
Ziarah ke Makam Bapak (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Sepulang dari makam, saya kembali ke rumah sepupu dan mengobrol dengan keponakan. Saya juga sempat mampir ke rumah istri Bapak, tetapi beliau sedang tidak ada di rumah. Usai salat Magrib kami semua pamit pulang. Adik bungsu saya pulang ke rumah Ibu, adik kedua melanjutkan perjalanan ke Surabaya, sementara saya, suami dan anak-anak menuju rumah sepupu suami.
Sesampainya di rumah sepupu, kami langsung diajak makan malam. Usai makan, kami sempat mengobrol sejenak sebelum diantarkan ke rumah singgah untuk beristirahat. Ya, kami tidak menginap di rumah utama. Mereka meminjamkan rumah kosong di sebelahnya yang memang diperuntukkan untuk sewa. Tentu saja lebih nyaman seperti itu karena privasi masing-masing lebih terjaga.
Buat yang mencari tempat menginap dengan harga bersahabat bisa cari di google maps "Rumah Piknik Malang".
Kami bisa menginap di rumah sepupu karena Papa mertua sempat bercerita kepada mereka bahwa kami akan mudik. Saat mereka menghubungi kami, kami mengatakan akan mampir ke rumah mereka saat di Malang. Tanpa ragu, mereka langsung melarang kami mencari penginapan dan menyarankan untuk menginap di rumah mereka saja. Alhamdulillah, bisa menghemat biaya penginapan selama dua malam.
Lapangan Rampal, Alun-Alun Malang dan Ovenmuni
Usai sarapan di rumah sepupu, kami memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Sawojajar dengan motor pinjaman. Kami mengelilingi kawasan hingga ke Bandara Abdul Rachman Saleh, melanjutkan perjalanan ke Velodrom, dan akhirnya nyasar sampai ke pintu tol. Setelah itu, kami bingung harus kemana lagi, hingga akhirnya memutuskan untuk singgah sejenak di Lapangan Rampal.
![]() |
Gerbang Bandara Abdulrachman Saleh (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Sesampainya di sana, kami memarkir motor dan mencari tempat duduk untuk makan kue yang tadi kami beli di perjalanan. Kami mendapatkan kursi di bawah pohon rindang. Nyaman sekali duduk di sana sambil menikmati aneka kue basah.
Sudah lama sekali saya tidak menginjakkan kaki di lapangan rampal, terakhir rasanya saat SMP. Kini, kondisinya sudah jauh lebih baik.
![]() |
Lapangan Rampal Siang Hari (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Setelah makan kue, kami memutuskan untuk berjalan mengelilingi lapangan hingga sampai di tulisan “I❤Rampal”. Di sana, si sulung sempat berfoto-foto sejenak sebelum kami kembali. Sebelum pulang, kami membeli es kelapa muda dan tempe mendoan.
Kami sampai di Sawojajar sudah tengah hari. Sebelum kembali ke rumah, kami memutuskan untuk membeli makan siang. Anak-anak dan suami membeli ayam krispi, sementara saya memilih rujak cingur, salah satu makanan wajib saat mudik.
![]() |
Rujak Cingur, Serabi dan Petulo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Usai membeli makanan, kami kembali ke rumah untuk beristirahat sejenak. Sore harinya, kami akan lanjut jalan-jalan ke alun-alun untuk bertemu dengan senior saya saat SMA dulu.
Selepas salat Ashar, kami berangkat menuju alun-alun. Di sana, saya sudah janji bertemu dengan senior saya. Sambil menunggu, anak sulung saya membeli mainan gelembung sabun dan memainkannya dengan bersemangat, sementara si adik tertidur di gendongan.
![]() |
Alun-Alun Malang (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Sekitar 15 menit kemudian, senior saya tiba bersama suami dan anaknya. Ia membawakan cwimie dan pia mangkok sebagai oleh-oleh. Anaknya langsung asyik bermain dengan anak sulung saya, sementara saya dan senior mulai mengobrol.
![]() |
Pertemuan Singkat yang Berkesan (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Setelah bosan bermain gelembung sabun, anak-anak pindah ke playground sederhana yang ada di sana. Mereka bermain hingga menjelang Magrib, sebelum akhirnya mereka berpamitan. Pertemuan yang singkat namun cukup untuk melepas rasa rindu setelah bertahun-tahun tidak bertemu.
Pulang dari alun-alun, sebenarnya saya ingin membeli ronde Titoni. Namun, karena perut masih terasa kenyang setelah makan petulo sore tadi, saya batal membelinya. Kami pun melanjutkan perjalanan mencari masjid untuk melaksanakan salat Magrib.
Kenapa tidak salat di Masjid Jami dekat alun-alun? Saat itu sedang ada acara, sehingga masjid sangat ramai. Kami pun memutuskan mencari masjid lain yang lebih sepi. Setelah berkeliling di sekitar alun-alun, akhirnya kami memilih salat di Masjid Jendral Ahmad Yani. Sekali lagi, saya bernostalgia karena terakhir kali saya salat di sana adalah saat SMA.
Usai salat Magrib, kami langsung menuju kafe Ovenmuni untuk membeli quiche pesanan kakak. Kami pun beranjak ke kawasan Jalan Kawi. Melewati Alun-Alun Tugu, Kayutangan, dan Jalan Kawi di malam hari terasa begitu menenangkan. Suasana yang membangkitkan memori serta kerinduan akan kampung halaman yang telah lama saya pendam.
Ternyata, Ovenmuni hanyalah sebuah kafe kecil di deretan tempat makan dan restoran di sepanjang Jalan Kawi. Kami bahkan harus berputar dua kali sebelum akhirnya menemukan lokasinya di samping Dea Cakery. Meskipun kecil, interior kafe tersebut terasa cukup nyaman dan homey.
![]() |
Ovenmuni dan Menu-menunya (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Selain membeli quiche pesanan kakak, kami juga menyempatkan diri untuk nongkrong sejenak. Saya makan puding, anak sulung memilih cromboloni, dan suami memesan minuman jeruk. Sudah lama sekali tidak menikmati malam minggu di Kota Malang. Malam itu, makan bersama keluarga di kafe Kota Malang benar-benar terasa istimewa.
Sepulang dari jalan-jalan, kami beristirahat di rumah sambil menikmati cwimie yang dibawakan oleh senior saya tadi. Meskipun sudah agak dingin, rasanya tetap lezat. Terlebih lagi, sudah lama sekali saya tidak makan cwimie.
Car Free Day dan Lontong Kupang
Hari itu adalah hari terakhir kami di Malang. Sore harinya, kami harus kembali naik kereta menuju Bandung. Pagi itu, kami semua segera bangun dan mandi karena saudara kami mengajak jalan-jalan pagi ke CFD (Car Free Day) di Jalan Ijen. Acara ini hanya ada setiap Minggu.
Sudah lama sekali saya tidak mengunjungi CFD di Jalan Ijen. Terakhir kali mungkin saat masih kuliah. Maka, saya pun sangat bersemangat pergi ke sana. Lagi pula, acara ini memang sudah masuk dalam daftar kegiatan wajib di agenda pulang kampung tahun itu.
Belasan tahun berlalu, ternyata konsep CFD di sana sudah banyak berubah. Jika dulu di sekitar stadion ada bazar makanan, kini hanya sedikit penjual yang terlihat. Karena belum sarapan dan si sulung mulai mengeluh lapar, akhirnya kami membeli steak ayam di gerai pinggir jalan milik Ranch Market. Setelah itu, kami mencari tempat duduk di sepanjang Jalan Ijen dan menemukan kursi di depan Museum Brawijaya.
![]() |
CFD Jalan Ijen (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Usai makan, jajan, berjalan-jalan, dan berfoto-foto, kami pun beranjak pergi. Sebenarnya, agenda saya setelah dari Ijen adalah berkunjung ke Pasar Oro-Oro Dowo. Namun, sepupu mengajak kami ke Jalan Raya Langsep untuk berjalan-jalan dan membeli sarapan.
![]() |
Gado-gado, Pangsit Mie, Lontong Kupang (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Di sana, mereka membeli gado-gado. Suami saya ikut memesan gado-gado, tetapi karena saya sudah makan gado-gado di Pasar Batu, pagi itu saya memilih makanan incaran lain, yaitu lontong kupang. Sementara itu, anak-anak menikmati pangsit mi. Semua makanannya lezat, jadi meskipun tidak jadi ke Pasar Oro-Oro dowo, saya tetap senang. Jika kalian penasaran dengan tempatnya, cari saja Gado-Gado Langsep Pak Wanto.
Setelah sarapan, kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Awalnya, saya berencana janjian dengan Ibu untuk berziarah ke makam kakek, buyut, pakde, dan kerabat lainnya di Muharto. Namun, ternyata waktunya tidak cukup. Akhirnya, Ibu langsung menuju rumah sepupu suami di Sawojajar.
Masih ada dua makanan yang ingin saya beli tetapi belum sempat terbeli, yaitu tahu campur dan pukis Madonna. Tahu campur akhirnya saya pesan secara online untuk makan siang, sedangkan pukis Madonna saya minta belikan kepada Ibu sambil jalan. Alhamdulillah, hampir semua makanan yang saya inginkan saat mudik berhasil didapatkan. Tinggal ronde, angsle, dan kacang kuah saja yang belum. Semoga mudik berikutnya saya bisa mencicipinya.
Sore harinya, usai salat Ashar, sepupu mengantar kami ke Stasiun Malang dengan mobil. Ibu juga ikut mengantar menggunakan motor karena sekalian pulang. Akhirnya, petualangan saya di Kota Malang pun usai. Senang bisa berkumpul bersama keluarga besar, baik dari pihak saya maupun suami. Alhamdulillah dikelilingi orang-orang yang baik dan sayang.
Terima kasih semuanya. Semoga tahun ini masih ada kesempatan untuk pulang lagi dan melepas rindu.